Senin, 26 Desember 2011

Hikmah di Balik Kesusahan

Halal-kan Aku Ayah “Ayah, ayah” kata
sang anak…
“Ada apa?” tanya sang ayah….. “aku
capek, sangat capek …
aku capek karena aku belajar mati matian
untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek …
aku mau menyontek saja! aku capek. sangat
capek …
aku capek karena aku harus terus membantu
ibu membersihkan rumah, sedang temanku
punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capek, sangat capek …
aku cape karena aku harus menabung, sedang
temanku bisa terus jajan tanpa harus
menabung …aku ingin jajan terus! … aku
capek, sangat capek karena aku harus
menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai
aku sakit hati … aku capek, sangat capek
karena aku harus
menjaga sikapku untuk menghormati teman
teman ku, sedang teman temanku seenaknya
saja bersikap kepada ku … aku capek ayah, aku capek menahan diri …aku ingin seperti
mereka.. mereka terlihat senang,
aku ingin bersikap seperti mereka ayah !”
sang anak mulai menangis Kemudian sang
ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala
anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan
menunjukkan sesuatu kepadamu ”, lalu sang
ayah menarik tangan sang anak . kemudian
mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat
jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan
ilalang, lalu sang anak pun mulai mengeluh ”ayah mau kemana kita?? aku tidak suka
jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka
karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh
serangga, berjalanpun susah krn ada banyak
ilalang… aku benci jalan ini ayah" sang ayah
hanya diam. Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah
telaga yang sangat indah, airnya sangat segar,
ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang
cantik, dan pepohonan yang rindang.
“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka!
aku suka tempat ini !” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang
rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping
ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun
ikut duduk di samping ayahnya. ” Anakku,
tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah?”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang orang tidak mau
menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal
mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka
tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu ”
”Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah?
alhamdulillah” ” Nah, akhirnya kau
mengerti” ” Mengerti apa? aku tidak
mengerti” ” Anakku, butuh kesabaran
dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh
kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran
dalam setiap kebaikan agar kita mendapat
kemenangan, seperti jalan yang tadi…
bukankah kau harus sabar saat ada duri
melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar
melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat
dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya
terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah..
seandainya kau tidak sabar, apa yang kau
dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah
anakku” ”Tapi ayah, tidak mudah untuk
bersabar ”
”Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang
menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat
… begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat
kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi …
ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak
selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh,
suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri
… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri
… seorang pemuda muslim yang kuat, yang
tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada
Allah di sampingnya … maka kau akan dapati
dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan
saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang … maka kau tau akhirnya kan?” ” Ya
ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang
indah yang lebih indah dari telaga ini …
sekarang aku mengerti … terima kasih ayah,
aku akan tegar saat yang lain terlempar”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.
By:http://www.facebook.com/zeiyabugis.hamim

0 komentar:

Posting Komentar